Masa kecil penulis, 50 tahunan yang lalu, sudah mengenal tanaman bunga kerek lely. Bunga ini warna putih bentuk terompet. Tanaman ini banyak ditanam orang tua penulis. Karena kebun dengan ketinggian dari permukaan laut sekitar 650-700 m. Dan masih dipadati dengan pepohonan. Hal ini, mendukung perkembangan tanaman bunga ini.
Ketika duduk di kelas enam SD, penulis sering ditugasi guru bawa bunga. Kebiasaan murid-murid, kala itu mendapatkan tugas dari guru. Mulai dari menyapu ruangan, menyediakan taplak meja sampai bunga. Dan itu diteima sukacita dan bangga dari siswa. Barang kali agak beda saat ini, relative tidak lagi kelihatan ada murit bawa bunga ditugaskan guru.
Ikuti Juga: Bagaimana Kesiapan Sektor Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0
Rumah penulis, berhadapan dengan sekolah, selalu saja penulis mendapatkan bagian tugas membawa bunga. Hal itu menjadi bagian penulis, karena orang tua penulis sebagai petani dan suka menanam bunga kerek lely dan gladiol unggu.
Hal menarik terjadi, saat panen. Orang tua sering menjajakan bunga yang telah diikat sekitar satu pelukan orang dewasa. Bunga kerek lely dibawah dari kebun ke rumah. Menariknya, guru sudah melihatnya, ketika orang tua melewati rumah guru. Karena itulah, tugas membawa bunga, selalu saja penulis ditugasi.
Ikuti Juga : 5 Penangkar Benih/bibit Krisan Unggul Balitbangtan Mulai Menerima Hibah Bibit Unggul
Satu pelukan, ikatan bunga, diperkirahkan 40-50 tangkai. Dan dalam setangkai, ada sekitar 3-5 bunga trompet. Yang saat ini dihargai Rp. 3000 – Rp.5000 di tingkat petani. Karena di pasaran floris sekitar Rp.7500- Rp.8000, per bunga. Saat itu penulis belum mengenal harga dari setangkai bunga kerek lely dan gladiol per bunga karena saat itu dijual per tangkai saja.
Kerek lely yang dikembangkan, yang berbunga 3-5 bunga setangkai. Demikian dengan gladiol berbunga 5-8 bunga setiap tangkai. Dimasanya, saat penulis dewasa, ternyata orang tua penulis terkenal sebagai pengembang bunga gladiol unggu dan Kereklely.
Biasanya bunga yang dibawa ke rumah sekitar 50-60 tangkai dengan rataan jumlah dalam setiap tangkai 3-5 bunga. Kadang sekali melihat yang satu bunga dalam setangkai. Menurut orang tua penulis Paul Turang, bahwa biasanya yang setangkai hanya ditinggalkan di kebun.
Ikuti Juga: Teknologi Usahatani Berkelanjutan Akrab Lingkungan
Tanaman kerek lely yang dikembangkan oleh orang tua dimasanya, rata-rata di tanam serampangan mengikuti kumpulan batu. Karena kebun termasuk daerah banyak batu. Jadi saat orang tua mencangkul dan membajak, mengumpulkan batu dalam satu tempat. Dan biasanya bunga ini ditanam di sekitaran batu itu.
Penulis sering juga berbagi mendapat tugas membawa bunga sebagian, ketika pulang kebun. Bunga yang dibawa orang tua dan penulis, selain dijemput floris bunga dari Tomohon, juga sebagian disumbangkan untuk menghiasi gereja saat ibadah Minggu. Dan bunga ini, menurut buku yang ditulis budayawan Minahasa H.B. Palar dengan Judul Minahasa Tempo Dulu, bahwa di zamannya, para misionaris memperkenalkan bunga-bunga ini pada umat dan jemaat, untuk menghiasi gereje saat ibadah.
Kerek lely juga terkenal dengan sebutan bunga gereja (kerk). Dan tanaman ini banyak berkembang di hutan-hutan. Kala itu para missioner dan penduduk, sering melakukan ibadah ditempat-tempat dimana penduduk ada. Ada yang masih tinggal dihutan saat itu, karena sambil berkebun. Ada yang sudah tinggal di perkampungan, dan ibadah di tempat ibadah atau Gereja.
Cara budidaya yang dialami penulis bersama orang tua, yaitu: umbi tanaman ini hanya ditanam dalam tanah dekat kumpulan batu. Tanaman akan tumbuh subur dan berkembang umbinya menjadi kumpulan tanaman bunga kerek lely. Dimasa itu, belum mengenal dengan pemberian pupuk, karena pupuk belum ada saat itu.
Ikuti Juga: Teknologi Budidaya Bawang Merah
Namun karena kebiasaan orang tua, rumput-rumput setelah melakukan penyiangan tanaman, dikumpulkan pada gundukan batu yang dikumpulkan saat melakukan pencangkulan atau pembajakan lahan. Sehingga disekitar batu banyak humus dan nutrisi bagi tanaman.
Itulah sedikit pengalaman tentang bunga kerek lely yang dialami penulis dengan orang tua. Di masanya. Kini tanaman ini sudah menjadi kekayaan sumberdaya genetic spesifik local. Karena kehasan bunga kerek lely ini, maka pihak Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian (Kemtan), menjadikan jenis kerek lely Tomohon bersama jenis lain dalam penelitian Perakitan Varietas Kerek Lyli.
Menurut Sanjaya,2010, ada 139 tanaman yang tumbuh menjadi dewasa dari hasil penelitian. Dengan mengisolasi individu terpilih, sesuai dengan kriteria penelitian. Dari 139, ada 5 individu terpilih, kemudian diperbanyak dan hasilnya bagus. Sebagai informasi ada sekitar 100 jenis bunga lily atau bunga bakung yang tersebar di seluruh dunia.
Cara budidaya
Calon tanaman baru bunga kerek lily, biasanya diambil umbinya. Jadi calon tanaman yang baik, berasal dari umbi tanaman yang baik dan sehat serta umur tua. Umbi yang baik tadi sebelum disemai, direndam terlebih dahulu, sekitar 24 jam dalam air, untuk meransang tunas bertumbuh.
Setelah tunas kecambah, media yang disiapkan untuk pendederan. Dari pengalaman penulis, media yang digunakan sekam bakar, atau campuran pupuk kandang masak, tanah dan pasir. Kemudian umbi-umbi kerek lily disemai di media yang disiapkan tandi. Tentu selanjutnya diletakkan ditempat yang tidak kena langsung sinar matahari.
Penanaman Bunga Lily
Ketika bibit yang disemai, mulai bertunas, maka bibit sudah dapat ditanam. Lahan atau media untuk penanaman, tentu telah disiapkan. Campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1:1:1, sudah di media atau tempat pengmbangan.
Tanaman muda, atau bibit dipindahkan dengan hati-hati. Usahakan saat pagi atau sore hari. Hal ini untuk menekan stress tanaman karena teriknya matahari. Setelah ditanam pindahkan bibit, lakukan penyiraman tanaman. Untuk menjaga tanaman jangan sampai kekurangan air. Jangan juga terlalu jenuh air, karena menjaga tanaman agar tidak busuk. Dari pengalaman, sebaiknya berikan pelindung pada tanaman muda, seperti jarring paranet.
Pemberian Pupuk Pada Lily
Ketika akar tanaman mulai tumbuh baik, sekitar 7 hari setelah tanam. Artinya sudah melewati stress akibat tanam pindah, pemupukan dapat dilakukan. Dari pengalaman. Pemberian pupuk cukup dengan se jumput saja setiap tanaman dan diulang setelah umur 25-30 hari setelah tanam.
Dari pengalaman, dalam menanam kerek lely, hanya mengoptimalkan pupuk organic yang ada disekitar lahan (in situ). Selain tanaman lebih sehat, dan memang tanaman kereklily, tidak terlalu menghendaki pupuk an-organik.
Penyiraman dan Pemangkasan
Tanaman lily, termasuk tanaman tidak menghendaki air banyak, tapi butuh air. Jadi yang harus diperhatikan jangan sampai media tanam kekeringan. Hal ini, harus dikontrol terus. Demikian dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, harus diperhatikan. Ada bagian tanaman yang harus dipangkas untuk meransang perkembangan tanaman untuk fase berbunga.
Demikian sobat tani, info terkait bunga Lily atau Kerek Leli. Untuk teknik perawatan akan disajikan pada info penyuluhan edisi selanjutnya. Salam Inovasi (#Artur05’22)
Penghilir Inovasi: Arnold C. Turang, SP. dan Yanse Tutu, SPd.
Sumber Informasi: Balithi, Media Sosial, dan Diskusi Dengan Petani Floris